Pages

Sepakbola adalah jiwaku



image by : aalmarusy.blogspot.com

     Fanatisme terhadap sepakbola yang terkadang berlebihan banyak mengundang reaksi negative,sinis bahkan keras dari sebagian kalangan, termasuk dari kalangan yang mengaku sebagai kalangan yang religious,sebagian Mereka ada yang berusaha mengharamkan sepakbola. Mungkin mereka tidak tau apa alasan utama mengapa masyarkat menjadi begitu fanatic terhadap sepakbola, Sementara banyak  olahraga lain yang lebih berprospek tidak terlalu diperhatikan.jawabannya tidak lain adalah karena sepakbola tidak hanya sekedar olahraga atau tontonan belaka, terlepas dari terdapatnya channel yang dapat dimanfaatkan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab dalam sepakbola. Sepakbola adalah tempat bersosialisasi yang luar biasa baik itu antar pemain maupun antar supporter.

      Ada kisah Emanuel Adebayor yang hampir saja menjadi penjahat, namun diselamatkan oleh kemampuan bersepakbolanya hingga kini menjadi pemain Manchester City yang dipinjamkan ke Real Madrid. sampai kisah Leonel Messi yang masa kecilnya adalah termasuk orang yang cebol namun kemampuannya bersepakbola membawanya ke Barcelona yang bersedia memberi perawatan kepadanya untuk tumbuh normal. Saya sendiri punya kisah pribadi yang “ditolong” oleh sepakbola. Begini ceritanya :



Masa SMP adalah masa yang paling menakjubkan dalam hidup saya hingga saat ini. Terlebih saat saya duduk di kelas 3, di saat dimana predikat juara kelas saya tidak diakui keluarga dan saat kehidupan social saya semakin memburuk. Saya menemukan sebuah OASE bernama SEPAKBOLA.

       Di tengah rasa sesak predikat juara kelas saya “ditertawai” oleh keluarga ditambah tidak adanya teman berbagi rasa dan cerita di lingkungan sekitar rumah, membuat saya sering hanya termangu sendirian dikamar sambil mencoba menenangkan diri. Saat itu tiba-tiba salah seorang teman sekolah saya yang rumahnya relative dekat dengan rumah saya mengajak saya untuk ikut klub sepakbola amatir dekat rumahnya. Awalnya saya sempat ragu untuk ikut karena saya tidak punya sepatu bola, namun akhirnya saya berubah fikiran karena ternyata teman saya tersebut juga tidak punya sepatu bola. Dalam benak saya, jika nanti kami malu disana karena tidak punya sepatu bola, setidaknya saya tidak sendiri (itu yang penting)

        Saat itu udara masih sangat dingin, mataharipun belum mau beranjak dari peraduannya. Di rumah saya berbunga-bunga karena tengah mempersiapkan diri dalam suatu hal yang luar biasa menurut saya. Datanglah saya bersama teman saya ke tempat latihan dengan mengenakan sepatu sekolah yang sudah lumanyan lusuh karena telah 3 tahun digunakan. Pelatih sempat ragu melihat penampilan kami, namun akhirnya teman saya tersebut berhasil meyakinkan sang pelatih bahwa kami akan segera membeli sepatu bola dalam waktu dekat meskipun sebenarnya dia sendiri tidak yakin dapat membeli sepatu bola dalam waktu dekat, sama halnya dengan saya. Gak apa-apa yang penting main hehe..

        latihan perdana saya berjalan cukup lancar , dengan cepatu yang lusuh ini saya mampu sedikit mencuri perhatian pelatih dengan umpan-umpan akurat yang memang menjadi andalan saya. Hal yang menakjubkan di sana adalah para pemain baik senior maupun sesama pemain baru tidak ada yang mempermasalahkan keaberadaan kami. Meskipun bentuknya udah gak karuan.

       Hal yang paling menakjubkan justru terjadi dirumah. Dalam kondusi rumah yang masih tidak kondusif (bagi saya pribadi) ditambah komunikasi yang tidak pernah baik sejak lama, seharusnya membuat saya merahasiakan kegiatan sepakbola saya pada keluarga karena saya khawatir mereka akan kembali menertawakan saya dan juga reaksi sinis seperti biasanya, namun entah kenapa saya justru memutuskan untuk memberitahukan kegiatan saya pada keluarga. SUNGGUH TIDAK TERDUGA! Reaksi positive justru ditunjukkan keluarga saya. Komunikasi yang renggang mulai membaik, bahkan ayah saya berjanji akan membelikan sepatu bola dalam waktu dekat ALANGKAH SENANGNYA SAYA SAAT ITU.
Beberapa hari kemudian ayah saya pulang dalam keadaan agak lesu, tenyata ia gagal mendapatkan sepatu bola sesuai budget yang ia miliki. Sayapun terharu akan perhatian orang tua saya tersebut, sudah lama sekali rasanya saya tidak merasakan perhatian seperti ini. Saya pun berkata kepada ayah saya: “tak apa yah, perhatian ini sudah lebih dari cukup buat saya”. Meskipun tidak jadi dibelikan sepatu bola, tak sedikitppun ada rasa kecewa dalam hati saya. Bahkan saya justru semangat untuk mengumpulkan uang agar dapat membeli sepatu bola. Hingga akhirnya saya mampu membeli sepatu bola pertama saya merek KELME edisi Oleguer.

        Selanjutnya hari-hari saya semakin menyenangkan, saya diberikan izin untuk membawa motor ke tempat latihan saya yang cukup jauh. Mengingat saya biasanya berjalan kaki menuju lapanganlatihan membuat energy saya sering terkuras sebelum latihan bola yang terkadang berisikan latihan fisik yang cukup berat. Satu hal lagi yang sangat membahagiakan adalah karena kebutuhan bersosialisasi akhirya terisi oleh teman-teman yang akrab dalam tim kami. Padahal sudah lebih dari 3 tahun ruang sosialisasi saya hanya terbatas di sekolah, karena hubungan saya dengan teman-teman di lingkungan sekitar agak terputus. Seketika saya merasa hidup saya begitu lengkap.

Perjuangan dalam tim

    Sering disebut peundang sejati atau orang gila lebih tepatnya sesuai dengan judul blog ini. Apapun yang saya lakukan tidak pernah beres, tak jarang saat saya beraktivitas hanya makian yang tersengar. Namun keajaiban sepakbola merubah hidup saya. Dalam tim ini pertama kalinya dalam hidup saya (atau mungkin yang kedua setelah saya juara pesantren kilat waktu SD) saya merasa sebagai individu yang mampu bersaing dengan individu lain. Padahal biasanya saya selalu dicampakkan oleh orang lain termasuk teman-teman karena kepecundangan saya. Dalam tim ini jumlah anggotanya cukup besar, dalam satu posisi dapat bersaing empat nama. Saya sendiri berposisis sebagai wing bek kiri, kompetitor saya adalah orang-orang yang hebat dan kuat, beruntug pelatih kami adalah orang yang sangat fair dalam menilai pemain. Tidak seperti orang-orang yang tidak mau member kesempatan pada saya untuk membuktikan diri. Setelah lama bersaing akhirnya saya di turunkan sebagai pemain pengganti dalam laga yang sangat bergengsi yaitu DERBY PANDAU PERMAI. Sungguh luar biasa rasanya! Dalam pertandingan itu tim kami kalah dengan skor 3.0, namun saya mampu tampil apik dengan aksi-aksi overlaping saya.

    Satu laga lain yang sangat berkesan yaitu saat saya turun menjadi starting line up untuk pertama kalinya justru sebagai striker. Saat ditunjuk pelatih sebagai striker saya sangat terkejut, karena di posisi itu banyak sekali bercokol pemain-pemain hebat dn “predator”. Tapi saya yakin pelatih sangat tau akan kemampuan menyerang saya, sehingga dalam keterkejutan itu saya tetap berusaha untuk tampil maksimal. Beberapa gerak tipu saya sempat membuat tim lawan kewalahan. Kontribusi terbesar saya pada pertandingan tersebut adalah saat saya berbenturan keras dengan kiper tim lawan yang menyebabkan kami berdua sama-sama cedera. padahal tidak ada niat sedikitpun dalam diri saya untuk mencederai lawan apalagi mencederai diri sendiri “gila apa” hehe.. Cideranya kiper utama lawan membuat pekerjaan striker kami menjadi lebih ringan, sehingga kami dapat menang besar dalam pertandingan tersebut. Kontribusi yang aneh memang

END OF SWEET STORY

    Nomor kelulusan sudah diumumkan melalui surat-surat, saya pun mengakhiri statua siswa SMP dengan diterima sebagai siswa salah satu SMK negeri yang cukup ternama di kota saya. Saya sangat senang bisa lulus test di SMK ini, karena persaingan untuk menjadi siswa di sekolah ini cukup ketat. Tidak disadari bahwa kelulusan saya ke sekolah ini menghasilkan sebuah pilihan sulit buat saya, karena jadwal sekolah yang cukup ketat dan mirip perkuliahan di sekolah ini sangat berbenturan dengan jadwal tim sepakbola saya. Sayapun akhirnya terpakasa mengalah dan mundur untuk sementara dari sepakbola. Sambil berharap semester depan jadwal belajar kami dapat lebih longgar.

    Enam bulan sudah saya meninggalkan kegiatan bersepakbola untuk bersekolah. Akhirnya tiba saat yang saya tunggu-tunggu untuk kembali bermain sepakbola, karena di semester kedua sesuai harapan saya jadwal belajar tidak lagi berbenturan dengan jadwal sepakbola. Saya pun sangat bersemangat mempersiapkan segalanya untuk kembali bersepakbola. Kebut gas motor yang dalam sangat menjelaskan bahwa betapa tidak sabarnya saya menuju ke lapangan “surga” saya.  namun apa yang terjadi, seketika mata saya terbelalak tidak percaya dan kemudian kepala saya tertunduk lesu. lapangan kami telah berubah menjadi sebuah kompleks perumahan.. Ternyata tim ini sudah bubar sejak beberapa bulan yang lalu tidak lama setelah saya meninggalkan tim ini. Sang pelatihpun hanya mengisi waktu sorenya dengan bermain volley di dekat rumahnya sambil menghibur diri.
    Melihat kenyataan ini saya sempat sedih, namun saya akhirny mampu kembali tersenyum, berterima kasih pada Allah SWT yang telah memberikan kepada saya sa’at-sa’at yang begitu indah dan tak terlupakan. Dimana saya dapat membuktikan bahwa saya bukanlah seorang pecundang sejati..

    TERIMA KASIH ALLAH, TERIMA KASIH SEPAKBOLA..

0 comments:

Post a Comment