Pages

Puisi: apa itu kasih sayang?

Aku muak dengan kasih sayang!
Ketika orang terlalu mudah mengatakannya,
Tetapi tak mampu melakukannya.
Banyak orang mengatakan tindakannya sebagai kasih sayang,
Tetapi ia sepeti melempar kepala dengan berlian, saki..t!

Aku muak dengan kasih sayang
Ketika ia hanya menjadi alat formalitas biologis, katakanlah begitu jika tak ingin disebut pura-pura.

Aku muak pada kasih sayang
Ketika ia tak berbeda sakitnya dengan kejahatan.

Lalu apa sebenarnya kasih sayang itu?
Adakah dia lebih baik dari kejahatan?
Kenapa banyak sekali kasih sayang yang terasa sakit?

Dimanakah ketulusan?
Apakah ia sudah bercerai dengan kasih sayang?
Tegakah mereka membiarkan cinta dan kebahagiaan menjadi yatim?
Sent from my AXIS Worry Free BlackBerry® smartphone

20 November 2014

20 November 2014,
Sekitar 2 bulan menuju sidang.
Bukan! Bukan sidang skripsi,
Ini sidang Kape, seperti yang sering sayang biacarakan itu.
Skripsi masih terlalu jauh untuk tampak dari mata saya,
Ketika yang lain sudah berfikir "akan membuat skripsi tentang apa?" saya masih berfikir "akan membuat skripsi pakai apa?"
Ada yang berfikir mahasiswa komputer sama dengan peternakan atau FISIP. Ya, memang sama, sama-sama mahasiswa, sama-sama mengerjakan skripsi menggunakan komputer, tetapi logika paling sederhanapun akan mengakui bahwa mahasiswa komputer mutlak harus memiliki waktu berinteraksi dengan komputer lebih banyak.
Saat ini saya ada di semester 9, sebagian orang dari kampus lain mengatakan ini adalah hal biasa, tetapi tetapi tidak dengan lingkungan dan kampus kami, ini hal yang tabu!
Hal terberat di sini bukanlah masalah waktunya, tetapi masalah kondisinya, serba salah, atau lebih tepatnya serba disalahkan.
Saya bersedia menanggung cap sebagai pemalas, lalai atau bodoh sekalipun, asalkan dalam cacian itu ada solusi untuk saya.
Ini catatan saya hari ini, tidak bermaksud mellow, saya hanya ingin berontak, tetapi entah kepada siapa. Saya mungkin sudah terlalu sering mengkambing hitamkan diri sendiri, karena tidak etis mengkambing hitamkan orang lain, apatah lagi orang yang umumnya harus dipuji.
Saya ingin berontak! Berikan aku gelas-gelas untuk kupecahkan, berikan aku piring-piring untuk kulempar sejauh kemarahanku!!
Sent from my AXIS Worry Free BlackBerry® smartphone

Mahasiswa pengiri

Ini seharusnya menjadi akhir perjalanan studiku, terlepas dari terpasangnya toga ataupun tidak, segalanya memang tak lagi sama, semester baru dengan semester tua, jauh berbeda. Sampai di titik ini banyak sekali yang ingin ku sesali, bukan untuk kufur nikmat, hanya sekedar untuk mendaki tangga nelangsa hinga sampai ke titik bahagia meski entah dimana titiknya, setidaknya di situ aku dapat merasa lega.

Aku iri pada mereka yang berasa di antara awan, di puncak gunung, di padang sang bunga 'abadi' edelweis.

Aku iri pada mereka yang duduk bersama-sama dengan ulasan-ulasan kritis nan elegan, nan penuh ketulusan membangun perdaban.

Aku iri pada pertemuan dengan rekan dari seluruh penjuru negeri. Bukan untuk jalan-jalan gratis, bukan untuk sok eksis. Hanya sekedar menikmati ukhuwah ini.

Aku iri pada mereka yang berada di laboratorium yang lengkap, yang dengan sesuka hati mengeksploitasi pengetahuannya.

Aku iri pada teman-teman yang seharusnya menjadi teman sekelasku sekarang, yang sebenarnya telah kubayangkan akan bersama tertawa riang.

Ya, inilah aku mahasiswa pengiri, biar begaimanapun inilah tempatku saat ini, sesuatu yang terbaik untukku.

Mahasiswa pengiri
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Dari FB hingga BBM, dari Peter Pan hingga Edcoustic

Dari Facebook hingga Blackberry Messenger, dari Peter Pan hingga Edcoustic. Biarlah ia menjadi bait-bait puisi kenangan nan indah. Berawal dari sana terajut asa yang lama, terbangun mimpi yang nyaris sirna. Sungguh mimpi itu nyaris-nyaris saja tampak nyata, membentang seluas samudra, berkilau seindah nirwana.

Memang ini salah adanya. kuhanya berharap adanya cela, untuk secercah pelita bagi hidupku yang nelangsa.

Tak mengapa jika akhirnya hanya menjadi mimpi saja, toh seisi alam memakluminya, kuingin ini akan kulupa, tapi apalah daya. kan kusimpan dalam etalase kenangan ku saja, untuk kupandang tiap akhir senja dan ketika cahaya rembulan menyapa.

memang ku seperti punuk merindukan bulan.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Dilema keluarga

Pernahkan kau berada dalam kondisi berbicara kepada orang tuamu kikuknya melebihi pembicaraanmu kepada orang yang baru kau temui?

Pernahkah kau merasa orang tuamu begitu jauh, meski ia ada di pelupuk matamu?

Pernahkah pandanganmu tentang kebaikan berbeda dengan pandangan orang tuamu?

Pernahkah engkau merasakan seperti broken home padahal keluargamu baik-baik saja?

Ketika segalanya seperti di persimpangan yang rumit dan membingungkan.

Padahal telah ditegaskan bahwa ridho Allah tergantung ridho orang tua.
Namun kebaikan yang telah kita rasakan dan usahakan tak bisa diabaikan jua.

Ketika kau diam tapi segalanya hanya terus memburuk. Ketika kau berusaha bicara namun justru dianggap melawan.

Lika-liku perjuangan ini mungkin salah satu yang terumit, namun ironisnya sejauh ini diriku hanya berkutat pada masalah-masalah pribadi, masalah-masalah dunia yang tak kunjung selesai.

Apapun itu, cintaku pada orang tua takkan berkurang, jikapun harus terungkap dalam do'a saja.

Jika ada usia yang lebih panjang, semoga cepat atau lambat ada masa bagi kita untuk saling mendukung dalam dakwah, cinta dan kehidupan.

Semoga Mekkah menjadi awal jalan cinta kita yang baru yang lebih baik.

#Seri Curhat Tengah Malam
Powered by Telkomsel BlackBerry®